← Kembali ke Berita

Negeri di Bawah Langit Agustus

Diterbitkan pada 13 Sep 2025

Gambar Berita

Agustus datang, dengan merah putih yang kembali dikibarkan tinggi, namun entah mengapa, dadaku tak lagi segagah dulu menatapnya.
Di jalanan ibu kota, suara rakyat menggema,
bukan karena semangat merdeka —
tapi karena perih yang tak kunjung reda.
Terlalu banyak yang mereka minta,
sementara kami hanya ingin hidup layak,
kerja jujur, dan keadilan yang tak pilih-pilih rupa.
Parlemen bersidang dalam gedung megah,
dengan pendingin udara yang tak pernah mati, sementara di luar sana,
seorang ibu menahan lapar sambil menggendong anaknya yang demam, menunggu antrean minyak goreng bersubsidi yang entah kenapa selalu cepat hilang dari rak toko.
Kami diajari mencintai negeri ini —
tapi bagaimana caranya mencintai
ketika negeri seolah tak mencintai kembali?
Kematian Affan, pengemudi ojek yang hanya ingin pulang, menjadi cerita duka yang tak pantas terjadi, dan ketika kami bersuara, kami malah dituduh menghina negara sendiri.
Apakah keadilan kini menjadi barang mewah
yang hanya dijual untuk yang punya kuasa?
Kami mencintai negeri ini, sungguh.
Tapi di bawah langit Agustus yang semestinya suci, kami bertanya:
Apakah kemerdekaan hanya milik segelintir orang yang duduk di atas?
"Kami tak meminta negara ini sempurna, hanya sedikit berpihak. Kami tak ingin memberontak, hanya ingin didengar. Dan jika kritik kami dianggap durhaka — maka mungkin cinta kami pada negeri ini sudah terlalu dalam, hingga tak sanggup lagi diam.

(Penulis: Fauzan azhari)